Wednesday, April 17, 2013

Karangan

Posted by Kresno Setyoputro On 3:45 PM | No comments
1. Definisi :

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan dapat pula diartikan dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.


2. Macam-macam karangan :
  • Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca dapat merasakan seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan. Umumnya karangan deskripsi merupakan cerita tentang keadaan suatu objek.
 
  • Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Umumnya karangan eksposisi mengemukakan data dan fakta yang meyakinkan.
 
  • Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. Umumnya karangan narasi berupa tahapan-tahapan suatu peristiwa.
 
  • Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca.
 
  • Karangan ilmiah adalah karangan yang membahasa masalah-masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu. Ragam bahasa yang digunakan bersifat teknis, yang hanya dapat dipahami oleh masyarakat tertentu yang sesuai dengan bidangnya.
 
  • Karangan ilmiah populer adalah karangan yang membahas masalah-masalah keilmuan. Karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa yang dipahami oleh masyarakat umum.
 
  • Karangan khas adalah karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terperinci sehingga yang dilaporkan dapat tergambar dalam imajinasi pembaca.
 
  • Karangan non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).
 
3. Perbedaan Karangan ilmiah dan non-ilmiah :

  • Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. 
 
  • Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
 
  • Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
 
 4. Ciri-ciri karangan ilmiah :
  • Menyajikan fakta objektif secara sistematis,
  • Pernyataan cermat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan,
  • Penulisnya tidak mengejar kuntungan pribadi,
  • Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual dan procedural,
  • Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta,
  • Tidak emotif menonjolkan perasaan,
  • Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta.
 
Ciri-ciri karangan non ilmiah :
  • Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
  • Fakta yang disimpulkan subyektif,
  • Gaya bahasa konotatif dan populer,
  • Tidak memuat hipotesis,
  • Penyajian dibarengi dengan sejarah,
  • Bersifat imajinatif,
  • Situasi didramatisir, dan
  • Bersifat persuasif.
 
5. Contoh karangan ilmiah dan non ilmiah :
  • Karangan ilmiah diantaranya adalah skripsi, tesis, disertasi, makalah.
  • Karya non ilmiah diantaranya dongeng, drama, cerpen, puisi, novel, komik.
 
6. Rangkuman :

Karangan ilmish adalah karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah. Sedangkan, karya non ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.


Source :

Monday, April 1, 2013

Induktif

Posted by Kresno Setyoputro On 1:14 PM | No comments
Paragraf Induktif adalah merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.

Bentuk-bentuk penalaran Induktif :

Generalisasi 
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
- Luna Maya adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
        - Revalina. S. Temat adalah bintang film dan iklan, dan ia berparas cantik.
- Generalisasi: Semua bintang film dan iklan berparas cantik.
Pernyataan “Semua bintang film dan ikalan berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Bella juga bintang film, tetapi tidak berparas cantik.
 
  1. Analogi
    Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yangmempunyai sifat yang sama.
    Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
    1. Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
    2. Meramalkan kesamaan
    3. Menyingkapkan kekeliruan
    4. Klasifikasi
    Contoh analogi : Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
  2. Hubungan Kausal
    Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
    Macam hubungan kausal :
    a). Sebab- akibat.
    Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
    b). Akibat – Sebab.
    Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
    c). Akibat – Akibat.
    Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah. Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
 
 Source :

http://rhezajack.wordpress.com/2013/04/01/induktif/ 

Deduktif

Posted by Kresno Setyoputro On 1:03 PM | No comments
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional,instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahuluharus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian dilapangan.

Jenis-jenis penalaran deduktif :

Silogisme Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Contoh : Premis Mayor : Tidak ada manusia yang abadi Premis Minor : Socrates adalah manusia Kesimpulan : Socrates tidak abad.

Silogisme Hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.  

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis: 

1. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti: Jika cuaca panas, saya memakai payung. Sekarang cuaca panas. Jadi saya memakai payung.

2. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti: Bila hujan, bumi akan basah. Sekarang bumi telah basah. Jadi hujan telah turun. 

3. Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.

Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh : Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor. Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.  Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
 
 
Source :
 

Penalaran

Posted by Kresno Setyoputro On 12:52 PM | No comments
Definisi penalaran : proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip sehingga memperoleh kesimpulan.

Proposisi : ekspresi verbal dari putusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain (subyek) yang dapat dinilai benar atau salah.

Inferensia : tindakan atau proses yang merupakan hasil dari kesimpulan logis premis-premis yang diketahui atau dianggap benar.

Wujud Evidensi : semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.

Cara menguji data

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.

  • Observasi
  • Kesaksian
  • Autoritas

Cara menguji fakta

Dalam menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

  • Konsistens
  • Koherensi

Cara menilai autoritas

Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.

  • Tidak mengandung prasangka
  • Pengalaman dan pendidikan autoritas
  • Kemashuran dan prestise
  • Koherensi dengan kemajuan
 
Source :