Wednesday, October 27, 2010

HOMO HOMINI SOCIO dan HOMO HOMINI LUPUS

Posted by Kresno Setyoputro On 12:13 PM | No comments

Anda tahu apa arti dan maksud dari kalimat diatas? Mungkin kalau hanya sekedar arti atau terjemahan dari kalimat diatas, anda pasti bisa menerjemahkannya. Kita juga pasti sudah sama-sama mengetahui atau paling tidak pernah mendengar kata “Homo”. Ya, “Homo” berarti sama atau sejenis.

Sedangkan kata “Homini” bisa atau dapat diartikan sebagai manusia. Jadi dari dua kalimat diatas kita dapat mengartikan secara bahasa yaitu manusia sama atau manusia sejenis. Tapi yang dimaksud arti bukanlah arti secara bahasa, tetapi maksud atau makna dari dua kata tersebut.

Homo Homini, memiliki maksud sesama manusia. Jadi yang dimaksud sesama manusia adalah manusia itu pasti hidupnya bersama-sama. Atau kita sering mendengar istilah “Manusia adalah Makhluk Sosial”. Kita pasti sama-sama sudah mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Manusia disebut makhluk sosial karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Manusia pasti membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Coba anda bayangkan jika di dunia ini tidak ada petani dan nelayan. Dari mana kita mendapatkan beras ketika tidak ada satu orangpun yang bisa menanam padi? Dari mana kita bisa mendapatkan ikan dari lautan yang begitu luas ketika tidak ada seorangpun yang mencarinya?

Tapi kenapa sesama manusia masih ada saja perselisihan dan permusuhan? Apakah mereka yang berselisih sadar jika mereka masih membutuhkan orang lain? Atau mereka memang sudah tidak membutuhkan orang lain?

Saya berani menjamin tidak ada satu orangpun yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara individual dari mereka dilahirkan sampai mereka dikuburkan.

HOMO HOMINI SOCIO


Definisi Homo Homini Socio 1

Manusia, sudah jelas bahwa manusia yang dimaksud di dunia tidak hidup sendiri, dan tidak akan bisa hidup sendiri. Karena itu manusia juga disebut makhluk sosial, makhluk yang hidup berkelompok. Manusia membutuhkan informasi-informasi untuk mengetahui keadaan kehidupan yang ada, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan survive atau juga pertahanan hidup di dunia ini.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai aturan-aturan atau peradaban yang berbeda beda di dunia ini, setiap titik tempat pasti mempunyai peraturan yang berbeda beda. Peraturan tersebut dibuat untuk mentertibkan dan menyesuaikan dengan keadaan titik tempat tersebut, dan juga dibuat untuk mentertibkan komunikasi antar manusia.

Bukan baru-baru ini manusia sebagai makhluk sosial, tetapi sudah berabad-abad lamanya, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, manusia sangat membutuhkasn satu sama lain, karena beberapa alasan, tetapi ada beberapa alasan yang sangat dominan yaitu :

1.         Manusia butuh berinteraksi dan bersosialisasi atas dasar kebutuhan pangan, atau jasmaninya.
2.         Manusia butuh berinteraksi dan bersosialisasi atas dasar kebutuhan pertahanan diri, atu kita bisa sebut survival, untuk bertahan hidup.
3.         Manusia juga sangat membutuhkan interaksi dan sosialisasi atas dasar melangsungkan jenis atau keturunan.

Dari point-point di atas kita bisa melihat dan membayangkan bagaimana manusia sangat membutuhkan satu sama lain. Bukan hanya membutuhkan, tapi masyarakat atau kumpulan manusia yang berinteraksi adalah suatu komponen yang tidak terpisahkan dan sangat ketergantungan. Sehingga komunikasi antar masyarkat dientukan oleh peranan manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.

Globalisasi, adalah perubahan secara besar-besaran atau secara umum meluas. Dalam arus globalisasi yang berkembang sangat cepat ini manusia menjadi makhluk yang sangat mudah meniru dalam arti meniru sesuatu yang ada di masyarakat yang terdiri dari :

1.         Manusia mudah meniru atau mengikuti perkembangan kebudayaan-kebudayaan, dimana manusia sangat mudah menerima bentuk-bentuk perkembangan dan pembaruan dari kebudayaan luar, sehingga dalam diri manusia terbentuklah pengetahuan, pengetahuan tentang pembaruan kebudayaan dari luar tersebut.

2.         Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia, sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.


Secara umum, keinginan manusia untuk meniru bisa terlihat jelas dalam suatu ikatan kelompok, tetapi hal ini juga kita dapat lihat di dalam kehidupan masyarakat secara luas.Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1.         Tekanan Emosiaonal. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2.         Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3.         Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Definisi Homo Homini Socio 2
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.

HOMO HOMINI LUPUS

Oke, sekarang saya akan membahas tentang Homo Homini Lupus. Anda tahu apa arti kata Lupus itu sendiri? Lupus berarti serigala. Kenapa serigala? Serigala adalah hewan buas yang pada dasarnya sama dengan manusia. Mereka hidup berkelompok, bersosialisasi dengan kelompoknya, serta bisa juga mengorbankan anggota kelompoknya untuk kepentingan diri sendiri. Serigala juga terkenal dengan kebuasannya serta kelicikannya.

“Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” atau juga disebut “Homo Homini Lupus”. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Plautus pada tahun 945 M,yang artinya sudah lebih dari 1500 tahun dan kita masih belum tersadar juga. Di jaman sekarang ini sangat sulit menjadikan manusia seperti seorang manusia pada umumnya, ketimbang menjadikan manusia seperti serigala. Sepertinya istilah ini masih tetap berlaku sampai sekarang.

Tidak bisa dipungkiri hidup di dalam suatu negara sangat di butuhkan sosialisasi karena kita tidak dapat hidup dengan sendirinya tanpa ada manusia lain. Apalagi seperti keadaan sekarang ini kita hidup di jaman yang serba susah .Demi mempertahankan hidup itu sendiri kita rela melakukan apa saja Mulai dari yang halal sampai yang haram, tentunya semua itu kita lakukan  untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Untuk mewujudkan itu semua memang tidak mudah dimana kita harus menghadapi berbagai konflik yang akan memicu lahirnya sikap saling mangsa dan disinilah peran hati nurani & ego sangat dibutuhkan.

Gambaran manusia di jaman sekarang ini sangatlah mengerikan dari segi sikap dan perbuatan. Terkadang perbuatan dan sikap kita lebih keji dari pada hewan yang paling buas sekalipun, saling sikut, saling berebut, saling tikam, dan bahkan saling memangsa layaknya serigala yang buas siap menerkam mangsanya demi sebuah kepuasan (ambisi).

Sebagai contoh yang terjadi di dalam kehidupan kita seperti tindakan kekerasan, mulai dari perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan, serta aksi teror bom yang sedang trend di negara kita dan perang dunia yang memungkinkan akan terjadi lagi. Apakah itu disebut manusia?

Pengakuan sebagai umat beragama yang telah patuh terhadap ajaranya, kerap kali memakai ajaran agamanya sebagai alasan tindakan kekerasan dan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran (kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri). Tapi apakah agama mereka mengajarkan mereka untuk berbuat hal seperti itu? Saya rasa agama atau ajaran manapun tidak akan mengajarkan pengikutnya untuk melakukan perbuatan seperti itu. Apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang.

Untuk menghadapi ini semua haruskah kita pun menjadi serigala? Atau kita hanya diam dan menjadi domba yang berada di tengah-tengah gerombolan para serigala lapar? Jika kita menjadi serigala, kita tidak akan jauh dari hal-hal yang keji serta licik. Tapi jika kita menjadi domba, lambat laun kita pasti akan menjadi santapan para serigala yang lapar. Ingin menjadi yang manakah anda?



Sumber          :
http://lifestyle.kompasiana.com/group/urban/2010/07/25/homo-homini-lupus/

0 comments :

Post a Comment