Thursday, October 7, 2010

We Know Nothing atau We Know All-Things

Posted by Kresno Setyoputro On 9:01 PM | No comments
Apakah anda tahu apa maksud dari kalimat diatas? Dan kira-kira jika anda disuruh memilih salah satunya, ingin menjadi yang manakah anda? Apakah anda akan memilih “We Know Nothing”, atau “We Know All-Things”? Mungkin setelah saya membahas tentang maksud dari kalimat diatas, anda akan bisa memilih sesuai dengan kepribadian anda. Oke, saya akan bahas kedua-duanya.

Kita mulai dari “We Know Nothing” terlebih dahulu. Apakah anda sudah mengerti arti atau terjemahan dari kalimat diatas? Ya, “We Know Nothing” dapat di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yang artinya adalah kita tidak mengerti apapun. Tetapi selama anda hanya mengerti arti atau terjemahan dari kalimat tersebut, maka saya berani menjamin bahwa anda akan memilih kalimat kedua, yaitu “We Know All-Things”. Karena arti atau terjemahan dari kalimat “We Know All-Things” adalah kita tahu segalanya. Saya tidak menyalahkan anda jika anda memilih kalimat yang kedua. Karena dari segi logikapun, saya beranggapan bahwa kita tidak mungkin bertahan hidup jika kita tidak mengerti dan megetahui apapun. Jika kita tidak tahu dan tidak mengerti apapun, lalu apa yang kita pelajari selama masa hidup kita yang lamanya bisa mencapai belasan tahun, dan bahkan hingga puluhan tahun?

We Know Nothing” memang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yang artinya kita tidak mengetahui apapun. Tetapi disini saya tidak hanya membahas tentang arti dan terjemahan kalimat, melainkan saya akan membahas tentang maksud atau makan dari kalimat itu sendiri. Sebelum saya membahas makna dari kalimat tersebut, apakah anda pernah membayangkan jika anda menjadi seseorang yang berpikiran bahwa anda adalah seseorang yang tidak mengetahui apapun? Maka kira-kira apakah yang akan terjadi dengan orang-orang serta lingkungan di sekitar anda?

Sebagai contoh, jika anda adalah seorang pelajar atau seorang mahasiswa yang berpikiran bahwa anda adalah orang yang tidak mengetahui apapun, maka anda akan bertanya dan mencari tahu tentang hal-hal yang anda tidak mengerti. Entah anda bertanya kepada guru ataupun bertanya kepada teman. Dalam proses bertanya tersebut, secara tidak kita sadari kita telah melakukan sebuah interaksi kepada orang yang kita tanyai. Meskipun anda bertanya hanya dengan melalui tulisan yang kemudian anda berikan kepada teman anda, pasti teman anda akan merespon pertanyaan anda. Entah merespon tulisan anda dengan tulisan, merespon dengan suara atau teriakan, atau bisa jadi teman anda tersebut merespon anda melalui ekspresinya.

Oke, sekarang saya akan kembali ke persoalan makna dari kalimat “We Know Nothing”. Menurut pendapat saya, kita sebagai manusia tidak akan mungkin mengetahui apalagi mengerti segala sesuatu yang ada dan tidak ada. Jika ada manusia yang mengetahui apalagi mengerti segalanya, maka ia bisa dan pantas disebut sebagai Tuhan. Kita adalah manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tetapi tidak ada satupun manusia yang sempurna di muka bumi ini. Saya akan memberikan sebuah perumpamaan. Anda pastinya mengetahui apa itu bumi kan? Arti sederhana dari bumi adalah planet dimana didalamnya terdapat air, oksigen, dan kehidupan. Bumi juga dapat diartikan sebagai tempat tinggal manusia. Anda tahu seberapa besar bumi itu? Bumi memiliki jari-jari sepanjang 6263 Km. Berarti dapat kita hitung bahwa keliling bumi kurang-lebih berkisar antara 3.14 x 2 x 6263 = 39331.64 Km (mendekati). Dan luas dari bumi itu sendiri adalah 3.14 x 6263 x 6263 = 123167030.66 Km2 (mendekati). Anda bisa bayangkan, betapa luasnya bumi kita. Tapi apakah anda tahu seberapa besar bumi jika dipandang di mata Tuhan?

Bumi itu hanyalah bagaikan sebuah titik dimata Tuhan. Manusia hidup di bumi, berarti manusia seharusnya terlihat seperti partikel-partikel elektron yang lebih kecil dari titik. Anda tahu seberapa besar partikel elektron? Partikel tersebut hanya memiliki massa atau berat sebesar 1,6 x 10-19 C. Lalu bagaimana pengetahuan dan ilmu yang adanya di otak manusia? Jika sebelumnya saya mengatakan bahwa manusia itu sebagai partikel-partikel elektron yang sangat kecil, berarti seharusnya pengetahuan serta ilmu manusia itu lebih kecil dari partikel-partikel elektron. Adakah partikel yang besarnya lebih kecil dari partikel elektron? Saya rasa partikel tersebut tidak akan ada, atau setidaknya belum ditemukan. Anda bisa bayangkan sendiri, bahwa pengetahuan kita hanya dapat dibandingkan dengan partikel yang lebih kecil dari elektron. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang sempurna. Anda tahu istilah Nobody is Perfect? Saya pribadi membenarkan kalimat tersebut seratus persen. Karena segala sesuatu yang sempurna hanya berasal dari Tuhan, saya kira kita sebagai manusia lebih pantas jika kita disebut makhluk yang tidak mengetahui apapun.

Jika anda beranggapan jika anda tidak mengetahui apapun, maka anda pasti akan lebih pintar dari orang yang beranggapan bahwa dirinya telah mengetahui segalanya. Paling tidak, anda akan menemui hal-hal yang baru. Meskipun hal-hal tersebut masih hanya berupa pengetahuan, dan belum berupa ilmu. Bagaimana tidak? Kita sebagai manusia memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Saya akan memberikan sebuah ilustrasi yang dapat menggambarkan pernyataan saya tentang kalimat saya yang berbunyi “jika anda beranggapan bahwa diri anda adalah orang yang tidak mengetahui apapun, anda pasti akan lebih pintar dari orang yang beranggapan bahwa dirinya telah mengetahui segalanya”.

Ketika anda bergaul dengan suatu kelompok, maka anda pastinya akan membicarakan tentang suatu hal yang sama. Katakanlah anda sedang bergaul dengan kelompok atau orang-orang yang menyukai berita-berita infotainment, atau biasa kita sebut dengan gossip. Mau atau tidak, anda pasti akan membicarakan hal atau sesuatu yang sejenis. Bisa jadi anda yang tadinya tidak mengerti apa-apa tentang gossip, atau anda bisa disebut dengan orang yang “nggak up-to-date”, anda pasti akan mencari tahu tentang gossip-gossip terbaru. Entah begitu anda bergaul dengan orang-orang tersebut dan anda langsung mencari tahu tentang gossip-gossip terbaru, atau bisa jadi anda mencari tahu tentang gossip tetapi secara perlahan-lahan. Pada dasarnya, anda akan mencari tahu tentang suatu hal yang tadinya tidak anda ketahui. Dalam kasus ini, anda yang tadinya tidak tahu apa-apa tentang gossip, anda jadi mengetahui gossip-gossip yang baru. Hal ini bisa saja dilakukan oleh anda, mungkin karena anda tidak ingin dibilang ketinggalan oleh teman-teman kelompok anda tersebut, atau anda memang ingin tahu dan mengerti seperti apa itu gossip. Oke, seandainya saja anda mencari tahu tentang gossip-gossip terbaru hanya karena anda tidak ingin dibilang “nggak up-to-date” oleh yang lainnya. Tetapi saya yakin, dalam proses pencarian gossip-gossip terbaru tersebut, anda akan mengetahui sesuatu yang baru bagi anda. Meskipun anda tidak ingin tahu dan tidak ingin mengerti tentang apa isi dari gossip tersebut, tetapi paling tidak anda bisa lebih tahu siapa, atau apa yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Dan hal tersebut sudah bisa dianggap sebagai pengetahuan, tetapi memang hal tersebut bukanlah sebuah ilmu.
  
Sebenarnya kalimat “We Know Nothing” juga tidak dapat dibenarkan secara seratus persen. Kalimat ini bisa menimbulkan keragu-raguan bagi orang yang membacanya. Apakah mungkin bila ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein dan Thomas Alpha Edison dapat kita katakana sebagai orang yang tidak mengerti apapun? Bila mereka tidak mengerti apapun, bagaimana mereka bisa menciptakan rumus-rumus perhitungan matematika dan fisika, bom atom yang ledakannya sangat dahsyat, mesin uap pertama kalinya, serta listrik yang kita gumakan sampai saat ini? Dan yang lebih parahnya lagi, bila orang-orang seperti mereka saja masih dianggap sebagai orang yang tidak mengetahui apapun, maka bagaimana dengan kita yang hanya bisa diam?

Mungkin setelah anda membaca pendapat saya tentang kalimat “We Know Nothing”, anda akan berpikir bahwa kalimat “We Know All-Things” adalah kalimat yang tidak pantas diucapkan oleh makhluk ciptaan Tuhan.

We Know All-Things” memang tidak pantas diucapkan oleh makhluk ciptaan Tuhan. “We Know All-Things” dapat diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yang berarti kita mengetahui segala hal. Bagaimana kedengarannya, agak sombong bukan?

Tetapi seperti yang telah saya katakana sebekumnya, “bila seseorang tidak mengetahui apapun, saya yakin orang tersebut tidak bisa bertahan hidup”. Bagaimana tidak? Sebagai contoh, seseorang tidak mengerti apa itu haus. Dia tidak mengerti apa itu haus, apalagi bagaimana caranya agar orang tersebut tidak mati kehausan? Sama halnya seperti ayam dengan telur. Jika ayam saja tidak mengerti darimana telur itu berasal, bagaimana bisa ayam tersebut bisa mengetahui dirinya sendiri berasal dari telur?

Kita kembali ke dampak sosial, karena pada dasarnya tulisan ini saya tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu social dasar. Pernahkah anda memperhatikan atau paling tidak melihat orang yang sombong? Sedikit atau banyak, mereka pasti tidak disenangi oleh orang lain, kemudian orang itu pasti akan dijauhi atau dikucilkan dari lingkungan sekitarnya. Sama halnya ketika anda berpikiran bahwa anda adalah orang yang mengetahui segala hal. Kenapa saya bisa berkata demikian? Saya akan berikan sebuah cerita atau ilustrasi kepada anda.

Misalnya saja anda memiliki seorang teman yang memang sudah ditakdirkan untuk tahu segalanya (atau paling tidak teman anda tersebut menganggap bahwa dirinya sudah mengetahui segala hal). Ketika anda memberikan berita, pengumuman, gossip, kabar, atau informasi kepadanya, maka apa yang akan terjadi? Maka dengan entengnya teman anda menjawab, “Saya udah tau kok”. Setiap anda memberikan informasi atau berita yang anda anggap paling baru, teman anda selalu memberikan jawaban seperti itu. Kira-kira, apakah anda senang diperlakukan seperti itu? Saya rasa tidak! Malahan anda bisa-bisa jadi membenci teman anda tersebut. Jika terjadi hal seperti ini, maka teman anda tersebut bisa dibilang gagal berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Proses interaksi antar manusia yang paling sederhana menurut saya adalah bertanya dan menjawab. Jika anda belum ditanya tetapi sudah tahu jawaban dari pertanyaan tersebut, akankah interaksi sosial bisa terjadi?

We Know All-Things” berarti bahwa kita tahu segalanya. Berarti jika kita beranggapan bahwa kita mengetahui segalanya, akankah kita belajar? Dan masihkah kita mencari tahu tentang suatu hal? Dua hal tersebut tidak akan pernah terjadi jika kita berpikiran bahwa kita adalah orang yang mengetahui segalanya. Untuk apa susah-susah belajar dan mencari tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada? Toh kita sudah memiliki dan mengetahui jawabannya.

Dan menurut saya, sebagai makhluk sosial, kita tidak boleh memandang orang lain itu seakan-akan lebih rendah dari kita. Entah kita memandang ilmunya, derajatnya, hartanya, atau apapun yang ada pada dirinya. Karena segala hal yang ada pada diri kita adalah milik Tuhan yang menciptakan kita. Jika anda memandang rendah suatu hal yang ada pada diri orang lain, berarti secara tidak langsung, maka anda memandang rendah ciptaan Tuhan. Anda bisa membayangkan, jika anda memiliki teman yang selalu menganggap rendah orang-orang disekitarnya. Senangkah anda berteman dengan orang seperti itu? Orang yang beranggapan bahwa dirinya telah mengetahui segala hal, maka orang tersebut pasti lambat laun akan menjadi orang yang sombong. Bagaimana tidak? Dia beranggapan bahwa dia sudah mengetahui segala hal, maka orang tersebut akan berpikir bahwa dirinya adalah orang yang paling pintar yang pernah ada. Padahal, di mata Tuhan, orang tersebut tidak ada apa-apanya. Tuhan memandang tinggi makhluk yang bertaqwa kepadanya, bukan makhluk yang paling pintar ataupun makhluk yang paling kaya. Untuk apa anda diberikan kepintaran dan pengetahuan oleh Tuhan, yang ujung-ujungnya hanya dipakai untuk menyombongkan diri sendiri?

Semua yang saya tulis disini hanyalah pendapat dan logika saya pribadi. Saya tidak bermaksud memprovokasi anda untuk menyetujui kalimat atau slogan “We Know Nothing”. Saya hanya berpendapat bahwa kita sebagai manusia, sangat-sangat tidak pantas jika kita menyebut diri kita sebagai makhluk yang mengetahui apapun. Coba anda bayangkan jika kita mengetahui waktu kematian kita sendiri. Apakah hal itu tidak membuat anda takut? Dan yang lebih mengerikan lagi, anda bisa mengetahui takdir anda ketika di alam akhirat. Jika anda mengetahui bahwa anda akan memasuki surga ketika di alam akhirat nanti, tentunya anda akan senang sekali bukan? Tetapi jika seandainya anda akan memasuki neraka di alam akhirat nanti, apakah anda akan senang? Saya pikir tidak akan ada orang yang senang ketika orang tersebut mengetahui bahwa dirinya nanti akan dimasukkan ke neraka oleh Tuhannya.


Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, “manusia memang makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tetapi tidak ada satupun manusia yang sempurna di muka bumi ini”.

0 comments :

Post a Comment